인도네시아어 독해 - Multikulturalisme di Korea


인도네시아어 독해 - Multikulturalisme di Korea


I. PRAKATA

Walaupun sekarang ini Korea dibagi menjadi Korea Selatan dan Korea Utara secara politik, Korea adalah salah satu negara monokultur dengan satu suku bangsa. Jadi bahasanya satu, dan kebiasaannya hampir mirip dengan kebiasaan daerah yang lain. Oleh karena itu, pemerintah Korea bisa mempersatukan negara Korea secara lebih mudah. Melalui persatuan seperti ini, pemerintah Korea dan masyarakat Korea memajukan ekonomi negara dan bisa meningkatkan tingkat kehidupan masyarakat Korea. Khususnya, karena telah ada huruf Korea, “Hangul”, yang diciptakan oleh raja besar Sejong pada tahun 1443, semua bahasa lisannya hampir sama, situasi seperti ini bisa menjadi kekuatan perkembangan dan persatuan negara. Selanjutnya, Korea Selatan juga termasuk negara yang tidak ada sengketa agama. Oleh karena alasan itu, orang Korea Selatan dan pemerintah Korea Selatan bangga akan negara Korea yang merupakan negara monokultur.
Akan tetapi, dewasa ini pemerintah dan masyarakat Korea berada di titik penting mengenai perubahan ke multikulturalisme. Karena ini menyebabkan tingkat kelahirannya semakin turun, tingkat orang asing yang masuk untuk menikah dengan orang Korea atau bekerja di Korea semakin naik.
Jadi, di artikel ini akan dipertimbangkan apa yang menjadi persoalan sosial monokultur kemudian memberikan saran tentang persoalan-persoalan ini.

II. Berbagai Persoalan Sosial Monokultur

Memang, persoalan-persoalan yang terjadi karena sosial monokultur ada beberapa penyebabnya. Misalnya persoalan hak orang asing yang bekerja sebagai pekerja, persoalan keluarga multikultural yang terjadi ketika orang Korea menikah dengan orang asing, penyadaran orang Korea tentang orang asing, dll.
Di antara ini, jika membandingkan dengan negara multikultural, persoalan paling besar adalah bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Sampai sebelum keruntuhan sistem perang dingin, semenanjung Korea merupakan pulau. Karena di sekitar semenanjung Korea hanya ada Cina, Jepang dan Rusia. Dan lagi karena Cina dan Rusia adalah negara komunis maka negara-negara tersebut merupakan musuh negara Korea. Bagaimana dengan Jepang? Karena orang Korea pernah dijajah oleh orang Jepang selama 35 tahun, bagi orang Korea, Jepang adalah negara musuh yang paling dibenci. Oleh sebab itu, masyarakat Korea tidak merasa perlu belajar bahasa Cina dan Jepang.
Pada saat ini, Amerika adalah negara teman yang paling dekat dengan Korea, karena berada terlalu jauh dari Korea maka tidak begitu banyak ada kesempatan yang berhubungan dengan budaya Amerika. Meskipun belajar bahasa asing dengan giat, orang Korea sulit dipaksa berbicara dengan orang asing dengan bahasa asing.
Persoalan bahasa asing orang Korea menyebabkan masalah lain yang berhubungan dengan globalisme. Karena tidak ada kepercayaan diri tentang bahasa asing, banyak pemuda Korea menjauhkan diri dari budaya lain. Dan juga perusahaan asing juga merasa susah masuk ke dalam Korea.
Yang kedua, Korean Wave, hallyu mengakibatkan angka orang asing yang masuk ke Korea semakin bertambah. Pada tahun 2011, jumlah orang asing yang tinggal di Korea sekitar 1.418.000 orang, diantaranya angka pekerja asing sekitar 720.000 orang, angka mahasiswa asing sebanyak 93.000 orang. Di antara orang asing yang masuk ke Korea, masalah yang paling besar adalah orang asing yang menikah dengan orang Korea. Biasanya, wanita asing menikah dengan laki-laki Korea, tetapi akan menimbulkan masalah yang banyak, contohnya, perbedaan umur lelaki dan wanita yang terlalu banyak, menikah lagi, pernikahan salah informasi, kekerasan suami, istri yang kabur dan masalah pendidikan anak campuran, dan lain-lain. Untuk memecahkan masalah seperti ini, pemerintah Korea membuat pusat keluarga multikultural di kota-kota.

III. Agar Menjadi Sosial Monokultur yang Berimbang

Karena dampak globalisme, ekspor-impor modal dan tenaga kerja ke negara lain semakin naik, hubungan negara-negara juga semakin dekat. Korea juga bukan pengecualian untuk dampak globalisme. Memang pemerintah Korea banyak melakukan upaya agar masyarakat sosial Korea bisa melakukan harmoni dengan  budaya dan orang asing. Pemerintah Korea harus membuat dua kebijakan penting terlebih dahulu. Yang pertama adalah perbaikan pengertian mengenai perbedaan budaya lain dengan budaya Korea. Kalau tidak memperbaiki pengertian mengenai perbedaan secara budaya, Korea masih akan tertinggal menjadi negara eksklusif.
Yang kedua, agar orang Korea mengatasi limitasi monokultur untuk menjadi sosial monokultur yang berimbang, sebaiknya banyak orang Korea, khususnya para pemuda harus mengalami budaya dan sosial lain. Jadi, para pemuda Korea perlu menjelajah luar negeri dan mencoba dunia baru.  Negara Korea yang susah menjadi negara multikultural, tetapi harus berusaha supaya menjadi negara monokultur akomodatif.

[1] http://kosis.kr/learning/learning_002007.jsp diakses pada 4 April 2013 pukul 03.50

----------
Pusat Pelatihan Bahasa Korea
KOREAN CENTER INDONESIA
Korea Selatan, Yogyakarta, Bali
KakaoTalk : korean_center
SMS/WA (+62)821-3755-2589

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post